Jalan Umum

Setiap hari, setiap waktu, setiap saat terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan  dapat kita lihat di berbagai media televisi ataupun berita di media cetak, tidak sedikit juga berita tentang saling lempar tanggung jawab terhadap kerusakan jalan, dan lain-lain, semuanya membawa korban diantara pengguna jalan. Bagaimana menyikapi hal ini ? dimana peran pemerintah ? dimana peran masyarakat ?  yang jelas adalah kedua-duanya berperan dan tentunya dengan porsinya masing-masing !! sebagai gambaran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara arif, mari kita lihat sedikit serba serbi tentang jalan di negara kita ini.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yanag berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jan lori, dan jalan kabel. (UU RI No. 38 Tahun 2004 , Pasal 1).

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat seerta dalam memajaukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujuddkan sasaran pembangunan nasional.

Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan katalisator diantara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir.

Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleeransi, dan mencairkan sekat budaya.

Dari aspek lingkungan,  keberadan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Dari aspek politik, keberadaan jalan menghubungkan dan mengikat antar daerah, sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan.

Ternyata sebuah jalan secara sendiri-sendiri per ruas jalan maupun kedudukannya sebagai salah satu unsur sistem transportasi, mempunyai peran yang sangat vital bagi sebuah negara secara umum,  atau bagi sebuah propinsi atau bagi sebuah kabupaten/kota. Melihat pentingnya peranan ini, pertanyaannya siapakah yang berhak dan berkewajiban dalam penyelenggaraannya ini ?  jawabnya pasti pemerintah, dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sesuai peruntukannya, jalan terbagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu jalan umum dan jalan khusus, dimana jalan umum adalah jalan yang dibangun oleh Pemerintah dan diperuntukkan bagi lalu lintas umum sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan  pada pasal 25, jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas :

  1. Jalan Nasional, dimana jalan nasional  ini merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
  2. Jalan Propinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer  yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
  3. Jalan Kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan ansional dan jalan provinsi, yang menghubungkan  ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten,  dan jalan strategis kabupaten.
  4. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
  5. Jalan Desa, adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di desa, serta jalan lingkungan.

Bagaimana keadaan jalan-jalan yang menjadi hak dan tanggung jawab pemerintah daerah di Kalimantan Selatan ? sudahkah masing-masing pemerintah mulai Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota (diluar pemerintahan desa !!! ) melakukan pengaturan akan jalan-jalan umum yang menjadi tanggung jawabnya ?

Pengaturan jalan yang dimaksudkan adalah antara lain :

  1. Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan berdasarkan kebijakan nasional dibidang jalan dengan memperhatikan keserasian antar daerah dan antar kawasan.
  2. Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan
  3. Penetapan fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder dan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten, antar ibukota kabupaten, jalan lokal, dan jalan lingkungan dalam ssistem jaringan primer . (khusus pemerintah provinsi !)
  4. Penetapan status jalan masing-masing, Jalan Provinsi oleh Gubernur, Jalan Kabupaten/Kota dan Desa oleh Bupati/Walikota.
  5. Penyusunan perencanaan jalan jaringan sesuai tanggung jawabnya masing-masing.

Kesemuanya merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, sedangkan peran masyarakat untuk dapat menjamin berfungsinya jalan sesuai dengan perannya menurut undang-undang adalah sebagai berikut :

  1. Masyarakat wajib ikut serta menjaga ketertiban dalam pemanfaatan fungsi jalan.
  2. Masyarakat berhak memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan; berperan serta dalam penyelenggaraan jalan; memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan; memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan; memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan dalam pembangunan jalan; dan mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerrugian akibat pembangunan jalan.

Untuk selanjutnya mari kita berdo’a dan berharap agar transportasi kita lancar dan semua berjalan sebagaimana mestinya dan semua pihak menjalankan perannya masing-masing.

Pilih sungai ? pilih jalan raya ?

Kalimantan Selatan identik dengan air atau sungai, apalagi dengan adanya iklan RCTI Okay pasar terapung . . . . image yang membekas dalam benar setiap pemirsa di Indonesia bahkan mungkin di negeri jiran malaysia bahwa Banjarmasin atau Kalimantan Selatan itu identik dengan air. Dan yang pernah kualami sendiri disaat masih kuliah di pulau Jawa, sebuah pertanyaan spontan dari Ibu kost yang secara polos bertanya :”Nak Yusni . . . di mBanjar itu ada montor nggak ?

Apa yang tersirat dari pertanyaan itu ? itulah landmark . . ., itulah trademark . . . . itulah bayangan orang tentang Banjarmasin atau Kalimantan dan itu memang tidak salah. Di Kalimantan memang banyak sungai-sungai besar yang dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman sejak zaman dulu hingga sekarang.

Namun apa mau dikata, transportasi air secara perlahan tergusur oleh transportasi darat yang secara teknis lebih cepat dan  secara ekonomis lebih murah . . . .? !! tapi apa betul demikian ? bisa ya . . .bisa tidak.

Disaat seperti sekarang ini, kalau kita ingin membuat ruas jalan baru, banyak hal harus dipertimbangkan, antara lain :

  1. Pembebasan lahan, harga tanah sudah mahal, belum lagi kalau tanah tersebut ada bangunan di atasnya, maka harga bangunan lagi yang harus diperhitungkan, kalau ada tanaman keras maka  tanamanpun ada harganya, belum lagi status kepemilikan lahan, negosiasinya juga rumit karena ada mekanisme dan tatacara negosiasi untuk memperoleh harga yang wajar dengan memperhatikan standar harga yang ada dan harga transaksi terakhir yang pernah terjadi (harga pasaran), kemudian juga perlu adanya penilaian harga independen . . pokoknya ruwet !!!
  2. Design teknis, flexible pavement atau rigid pavement ? artinya mau yang konvensional pakai batu gunung sebagai pondasi kemudian diberi lapisan penutup aspal goreng,atau lapis penetrasi atau mau menggunakan ATB+HRS, atau mau yang pakai cor beton ? pilihan inipun sangat ditentukan oleh jenis beban atau angkutan yang akan lewat juga memperhataikan daya dukung tanahnya.
  3. Ketersediaan dana, ini juga sangat penting . . . .karena kalau nggak ada dananya, mau membangun pakai apa ?
  4. Dst  . . . . . dst . . .

Kenyataan sekarang . . . jalan semakin padat karena semakin hari semakin banyak orang yang mampu membeli kendaraan roda 2 dan roda 4 dari berbagai jenis dan berbagai merk serta berbagai tahun pembuatan mulai dari mobil zaman dulu sampai zaman millenium seperti sekarang ini semuanya dapat meluncur di jalan raya yang mungkin pabriknya aja sudah tutup !!!  Mungkin sudah saatnya ada pembatasan umur mobil yang boleh lewat dijalan raya ??!!  tapi ada ini tidak diskriminatif ?? entahlah . . . sebab mungkin beberapa tahun lagi juga sudah mulai banyak mobil yang ramah lingkungan yang tidak mengeluarkan  gas CO, dan bahan bakar fosil juga semakin langka.

Sementara disisi lain, Kalimantan dan pulau-pulau lain di Indonesia hampir semuanya memiliki sungai yang dalam dan panjang yang dapat dilalui oleh alat transportasi air. Mungkin saat ini secara ekonomi tidak efisien karena memakai bahan bakar fosil (bensin/solar), tapi bagaimana kalau memakai bahan bakar lain seperti gas, biosiesel atau solarcell ? mungkin akan menjadi efisien . . . . .

Sebagai gambaran bagi kita di Kalimantan Selatan yang memiliki sungai yang banyak, panjang dan lebar serta cukup dalam dan dapat dilayari adalah sebagai berikut :

Kota Banjarmasin

a. Sungai Barito (Panjang 900 KM, lebar 725 M, kedalaman rata-rata 14 M)

b. Sungai Martapura (Panjang 80 KM, lebar 100 M, kedalaman rata-rata 10 M)

c. Sungai Anjir Mulawarman (panjang 2,9 KM, lebar 27 M, kedalaman rata-rata …,)

d. Sungai Andai ( panjang 5 KM, lebar 25 M, kedalaman rata-rata 6 M)

e. Sungai Telawang (panjang 4 KM, lebar 25 M, kedalaman rata-rata 6 M)

f. Sungai Basirih/Bondan (panjang 1,5 KM, lebar 25 M, kedalaman rata-rata 10 M)

g. Sungai Kuin (panjang 4 KM, lebar 25 M, kedalaman rata-rata ….)

h. Sungai Pangeran (panjang 3,3 KM, lebar 26 M, kedalaman rata-rata … )

i. Sungai Pelambuan (panjang 1,3 KM, lebar 20 M, kedalaman rata-rata …. )

j. Sungai Alalak (panjang 11,9 KM, lebar 60 M, kedalaman rata-rata …. )

k. Sungai Teluk Dalam (panjang 2,2 KM, lebar 15 M, kedalaman rata-rata …. )

Kabupaten Barito Kuala

a. Sungai Barito (panjang 173 KM, lebar 400 M, kedalaman rata-rata 12 M)

b. Sungai Kapuas/Pulau Petak (panjang 30 KM, lebar 350 M, kedalaman rata-rata 10 M)

c. Sungai Negara (panjang 10 KM, lebar 200 M, kedalaman rata-rata 11 M)

d. Sungai Tabunganen (panjang 16 KM, lebar 20 M, kedalaman rata-rata 2 M)

e. Anjir Kerukan Tabunganen (panjang 12 KM, lebar 30 M, kedalaman rata-rata 2 M)

f. Anjir Tamban (panjang 28 KM, lebar 28 M, kedalaman rata-rata 2 M)

g. Sungai Andai (panjang 6 KM, lebar 20 M, kedalaman rata-rata 2,5 M)

Kabupaten Hulu Sungai Selatan

a. Sungai Negara (panjang 39 KM, lebar 900 M, kedalaman rata-rata 10 M)

b. Sungai Batang Alai (panjang 8 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 7 m)

Kabupaten Hulu Sungai Utara

a. Sungai Barito (panjang 780 KM, lebar 650 M, kedalaman rata-rata 11,5 M)

b. Sungai Negara (panjang 127 KM, lebar 250 M, kedalaman rata-rata  8 M)

c. Sungai Tabalong (panjang 45 KM, lebar 80 M, kedalaman rata-rata 3,5 M)

d. Sungai Balangan (panjang 30 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 3,5 M)

e. Sungai Luang (panjang 10 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 3,5 M)

f. Sungai Rintisan (panjang 12 KM, lebar 40 M, kedalaman rata-rata 4 M)

g. Sungai Harus (panjang 40 KM, lebar 40 M, kedalaman rata-rata 3 M)

h. Sungai Paminggir (panjang 23 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 5 M)

i. Sungai Alabio (panjang 15 KM, lebar 40 M, kedalaman rata-rata 2 M)

j. Sungai Jenamas (panjang 5 KM, lebar 30 M, kedalaman rata-rata 2 M)

k. Sungai Tampakang (panjang 8 KM, lebar 40 M, kedalaman rata-rata 2,5 M)

l. Sungai Banyu Landas (panjang 10 KM, lebar 30 M, kedalaman rata-rata 2,5 M)

m. Sungai Pandama’an (panjang 9 KM, lebar 20 M, kedalaman rata-rata 2,5 M)

n. Sungai Pamintangan (panjang 5 KM, lebar 20 M, kedalaman rata-rata 2 M)

Kabupaten Tanah Laut

a. Sungai Tabanio (panjang 3 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 4 M)

b. Sungai Pagatan Besar (panjang 2 KM, lebar 75 M, kedalaman rata-rata 4 M)

c. Sungai Takisung (panjang 0,5 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 4 M)

d. Sungai Kuala Tambangan (panjang 3 KM, lebar 75 M, kedalaman rata-rata 4 M)

e. Sungai Batakan (panjang 2 KM, lebar 60 M, kedalaman rata-rata 3 M)

f. Sungai Sawarangan (panjang 4 KM, lebar 75 M, kedalaman rata-rata 4 M)

g. Sungai Muara Asam-asam (panjang 7 KM, lebar 80 M, kedalaman rata-rata 5 M)

h. Sungai Muara Kintap (panjang 7 KM, lebar 90 M, kedalaman rata-rata 5 M)

i. Muara Sungai Kasau (panjang 12 KM, lebar 100 M, kedalaman rata-rata 6 M)

Kabupaten Banjar

a. Sungai Martapura (panjang 70 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 7 M)

b. Sungai Riam Kanan (panjang 23 KM, lebar 50 M, kedalaman rata-rata 8 M)

c. Sungai Riam Kiwa (panjang 60 KM, lebar 30 M, kedalaman rata-rata 5 M)

Kabupaten Tapin

a. Sungai Negara (panjang 48 KM, lebar 130 M, kedalaman rata-rata 12 M)

b. Sungai Tapin (panjang 15 KM, lebar 80 M, kedalaman rata-rata 10 M)

Kabupaten Tabalong (belum dapat datanya)

Kabupaten Tanah Bumbu (belum dapat datanya)

Kabupaten Kotabaru (belum dapat datanya)

Kabupaten Hulu Sungai Tengah (belum dapat datanya)

Kabupaten Balangan (belum dapat datanya)

Kota Banjarbaru ( tidak ada sungainya . . . he he he )

Dapat kita bayangkan betapa panjangnya sungai kita, mungkin lebih panjang daripada jalan-jalan beraspal yang sudah ada, tidakkah perlu dilirik kembali transportasi sungai ? . . . .tentunya dengan prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi seperti efisien bahan bakar, kelestarian lingkungan agar sungai jangan menjadi dangkal dan juga promosi angkutaan sungai.

Kepada kawan-kawan yang mempunyai data sungai pada kabupaten-kabupaten yang belum kudapat datanya, sudilah kiranya memberi informasi. Terima kasih.

Strategi dan Taktik

Strategi dan taktik adalah dua kata yang berbeda tapi sering membingungkan kita, apakah strategi itu sama dengan taktik ? ataukah masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda !!

Menurut kamus wikipedia, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Kata “strategi” sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya “komandan militer” pada zaman demokrasi  Athena.

Bagaimana dengan kata “taktik” ?  taktik adalah cara pencapaian tujuan dalam tingkat operasional pelaksanaan yang mempunyai rentang waktu yang relatif pendek.

Sementara kata “strategi” sendiri apabila digunakan pada bidang-bidang tertentu akan mempunyai arti yang lebih spesifik, misalkan dalam bidang organisasi perusahaan maka kata strategi dapat mempunyai arti penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang suatu perusahaan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.

Kata strategi dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan Pembangunan Nasional, mempunyai pengertian adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

Sedangkan menurut Fitri Lukiastuti Kurniawan dalam bukunya yang berjudul “ Manajemen Strategik dalam  Organisasi”  perbedaan istilah stratregi dan taktik adalah :

  1. Dari sudut pandang tingkat perilaku, strategi dikembangkan pada manajemen tingkat puncak dan berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam level puncak, sedangkan taktik dirumuskan pada tingkat manajemen yang lebih rendah.
  2. Berdasarkan tingkat keteraturannya, perumusan strategi  adalah berkesinambungan namun tidak teratur karena harus menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi. Sementara. Taktik ditentukan atas dasar siklus periodik dengan jangka waktu relatif tetap, seperti hanya anggaraan tahunan.
  3. Atas dasar jumlaha alternatif kemungkinan, strategi mempunyai lebih banyak pilihan daripada taktik.
  4. Dari sisi rentang waktu, strategi lebih mengarah kepada jangka panjang, sedangkan taktik lebih mengacu pada hasil dalam jangka pendek.
  5. Mengingat bahwa taktik diterapkan pada tingkatan hirarki yang lebih rendah, maka taktik cenderung lebih rinci tergambar.

Nah . . itulah sedikit gambaran tentang strategi dan taktik.

Dampak pembangunan Kantor Gubernur Kalsel yang baru

image0272

Senin, 11 Pebruari 2009, jam 11.00 sirine berbunyi sebagai tanda diawalinya pemancangan tiang pancang pertama pembangunan Kantor Sekretariat Daerah/ Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan di Kecamatan Cempaka , Kota Banjarbaru oleh Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin dengan disaksikan oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Muspida Kalimantan Selatan, DPRD Prop Kalsel, seluruh Bupati/Walikota Kalimantan Selatan, Para Alim Ulama dan Tokoh Masyarakat dan undangan-undangan lainnya.

Proyek ini dilaksanakan dengan sistem tahun jamak 2008/2009/2010 dengan nilai kontrak Rp.177.632.000.000,- yang akan dilaksanakan memakan waktu 720 hari kalender ditambah dengan masa pemeliharaan 180 hari kalender. Jadi total waktu selesai siap digunakan 900 hari kalender atau 30 bulan atau 2,5 tahun. Mulai sekarang dan 2,5 tahun ke depan dan seterusnya, tentu akan terlihat dan terasa dampaknya bagi Kota Banjarbaru yang langsung bersentuhan karena de facto berada di dalam wilayah Kota Banjarbaru, begitu juga bagi Kabupaten Banjar yang langsung berdampingan serta Kabupaten Tanah Laut. Tentu dampaknya adalah dampak positif atau menguntungkan bagi ketiga kabupaten/kota tersebut.

Yang pertama adalah akan terjadi perpindahan pegawai yang cukup banyak, dan ini akan mempunyai konsekwensi peningkatan jumlah arus lalu lintas Banjarmasin – Banjarbaru, juga akan banyak perpindahan penduduk dari Banjarmasin ke Banjarbaru dan Martapura khususnya para pegawai golongan menengah ke bawah. Yang kedua, akibat kondisi pertama terjadi tentu akan banyak memberi peluang usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia terutama sandang pangannya serta fasilitas-fasilitas lainnya. Yang ketiga, dengan adanya pusat pemerintahan pemprov ini maka akan banyak tamu pula yang berkunjung ke pemprop baik tamu pusat maupun tamu dari provinsi lainnya, berarti peluang usaha lagi untuk mendirikan hotel-hotel dan restoran yang representatif di Banjarbaru dan Martapura. Mungkin masih banyak lagi dampak-dampak positif yang akan diterima oleh Banjarbaru, Banjar dan tala sebagai akibat adanya pola multiplier effect pembangunan Kantor Gubernur di Cempaka ini.

Namun dampak positif ini harus dipertegas dan disikapi dengan cermat oleh ketiga kabupaten kota tersebut, dan nampaknya mulai sekarang sudah harus mempertimbangkan kembali Rencana Tata Ruang Wilayahnya masing-masing untuk 10,20,30 tahun ke depan dan ini harus dilakukan bersama antara ketiga Kabupaten Kota tersebut, jangan sendiri-sendiri secara parsial. Mungkin akan lebih arif jika pemerintah provinsi sebagai orang tua dan pembina kabupaten/ kota untuk memprakarsainya.

Mari kita do’akan semoga cepat selesai dan segera memberikaan manfaat dan kemaslahatan bagi kita semua. Amin

Selayang Pandang Ekspedisi Sungai 15/16 Nov 2008

Sabtu pagi yang sejuk di sebuah dermaga pekauman dengan langit sedikit mendung, nampak peserta ekspedisi sungai sedikit tegang dengan sesekali memandang ke atas. Mungkin dengan sebuah do’a “ mudahan jangan hujan !”. Akupun do’anya sama, mudahan jangan hujan juga, sebab naik kelotok atau kapal, posisi yang paling didambakan adalah diatas atap ! ! !

Dengan diiringi do’a selamat dan pesan Bapak Bupati H.G. Khairul Saleh beserta Ibu bahwa banyak yang dapat dilihat dalam alur sungai, baik itu jejak sejarah kerajaan Banjar dahulu maupun kerajaan Daha, juga banyak fenomena sosiokultural masyarakat tepian sungai.

Tepat Hari Sabtu tanggal 15 November 2008 jam 08.15 peserta ekspedisi sungai berjumlah 87 orang berangkat dari dermaga pekauman menuju dermaga Banjar Raya Banjarmasin dengan 2 buah kelotok besar.

image080

Dalam perjalanan menuju Banjar Raya banyak yang kami lihat yang pertama kali terlihat adalah banyaknya orang yang mandi di atas rakit bambu (istilah bahasa banjar ‘batang’ tapi kalau digunakan untuk sarana transportasi namanya berubah menjadi ‘ lanting’) yang berfungsi sebagai MCK (mandi,cuci,kakus). Mudah-mudahan tidak terimbas Undang-undang Pornografi, karena baik laki-laki maupun wanita mandinya ditempat terbuka dengan pakaian mandi yang khas , kalau laki-laki cukup celana pendek dan wanita cukup dengan kain sarung atau jarig sampai didada ( istilah bahasa banjar ‘tilasan di dada’).

Dari hasil catatan Tim Kesehatan yang ikut serta tercatat sebanyak 1.831 buah jamban (istilah kakus yang ada di batang/rakit) sepanjang sungai Martapura dari pekauman sampai sungai lulut perbatasan dengan kota Banjarmasin, dengan perkiraan masih ada hulu sungainya Martapura dan cabang-cabang anak sungai martapura maka diperkirkan total jamban di Kabupaten Banjar adalah 3×1.831=5.493 buah jamban.

Andai kata dalam 1 jamban dipergunakan oleh 10 orang dan asusmi kotoran manusia dalam 1hari seberat 2 ons, maka jumlah kotoran manusia yang ditampung sungai dalam 1 hari adalah 10 x 0,2 kg x 5.493 = 10.986 kg. Dulu waktu ikan disungai masih banyak, diperkitakan yang dimakan ikan cuma 30 %, sisanya yang 70 % larut terurai secara alami di sungai tapi prlu waktu yag cukup lama. Sekarang ikannya yang ada disungai jauh sangat berkurang karena setrum, potas dan racun lainnya, dapat anda bayangkan akibatnya !

Yang terlihat kedua, beberapa saat setelah kelotok bergerak nampak dermaga curah bahan galian golongan C dengan kelotok angkutan yag cukup lebar (‘jukung tiung’ dalam istilah bahasa banjar), yang menurut khabar bahwa bahan galian golongan C itu dikirim ke Batola atau ke propvinsi Kalimantan Tengah. Yang menjadi pertanyaan apakah pajaknya terpungut ? sebab tidak ada pos jaga sepanjang aliran sungai Martapura yang kami lalui ini.

Selain dermaga curah tadi, yang terlihat banyak juga adalah tempat penggilingan padi yang cukup banyak jumlahnya dengan sekam yang nampak larut ke sungai.

Nampaknya sepanjang aliran sungai Martapura ini terjadi penzona-an , misalnya ada satu zona yang khusus memproduksi batu bata mentah yang belum dibakar yang harganya Cuma berkisar antara Rp.150,- s/d Rp.200,- per biji, ada juga yang memproduksi sagu, ada yang memproduksi atap daun pohon rumbia (‘hatap rumbia’ dalam bahasa banjar) yang harganya Cuma Rp.500,- per lembar, ada yang memproduksi alat pemisah gabah yang hampa dan yang berisi dengan teknis sederhana ( “gumba’an” dalam bahasa banjar), bahkan ada juga zona yang khusus memiliki keramba pembesaran ikan bakut.

image081

Dalam tim ekspedisi kami juga ada yang berasal dari sector perhubungan, dengan komentar bahwa transportasi sungai kita sudah mulai hilang karena kalah dengan transportasi darat, tapi walaupun demikian masih nampak ada kegiatan trans[ortasi sungai walaupun minim, dimana saat ini hanya banyak digunakan untuk transportasi material pembangunan saja, tapi secara tak diduga kami berpapasan dengan 2 buah kelotok yang lengkap dengan bendera yang kami kira sudah ada kampanye, ternyata ada promosi keliling produk obat via kelotok.

Dalam waktu yang cukup panjang yaitu 4 jam, akhirnya sampailah kami di dermaga banjar raya tepat jam 12.15.

2 buah kelotok kami secara bergiliran merapat ke bus air yang akan membawa kami ke Nagara, dan kamipun melakukan transit pindah kapal (bukan pindah pesawat seperti di bandara) dengan meloncat secara hati-hati sambil membawa tas masing-masing.

image089_1image088_1image091

Setelah semua peserta berpindah ke bus air, 2 buah klotok kami kembali ke martapura, masing-masing peserta menyusun dan menata barang bawaan masing-masing. Kepada semua peserta diberi kesempatan untuk mencari snack atau rokok atau apapun tambahan makanan sesuai selera masing dan juga untuk menunaikan sholat dzuhur dan asar yang diqasar dan jama’ taqdim.

Sebelum berangkat, peserta di check kembali, ternyata bertambah 3 orang, yaitu 2 juru masak dan 1 peserta karena mereka membawa peralatan masak dan bahan masakan yang tidak muat dikelotok kami yang 2 buah tadi.

Tepat jam 13.00 kami berangkat dengan bus air menuju kota Marabahan sebagai persinggahan pertama, nampak kawan-kawan sibuk dengan celotehnya dan topiknya juga macam-macam mulai dari cerita betapa jayanya perusahaan-perusahaan kayu seperti Barito Pasific, Jayanti Jaya, dll sampai cerita bahwa di alur sungai barito juga banyak perompak. Tapi semua celoteh tadi akhir sunyi senyap , kalah dengan dengan suguhan makan siang nasi salik lauknya ayam yang aku tidak tahu dimasak apa tapi yang jelas enak dengan sambal yang tidak begitu pedas.

Peserta terbagi dua kelompok. Ada yang duduk dengan masing-masing kegaiatannya di dalam bus air dan satu kelompok lagi duduk-duduk di atas atap bus air, dan ini memang yang paling asyik dalam perjalanan lewat sungai karena pemandangan bebas luas sejauh mata memandang tanpa ada halangan.

Dua buah jembatan rangka baja yang besar dengan bentangnya yang panjang yang kami temui yaitu jembatan Barito dan jembatan Rumpiang.

Jam 18.36 kami merapat di dermaga Marabahan, kami kesempatan untuk mandi sore dan sholat magrib dan isya’ di masjid dekat dermaga. Kami sempat minum STMJ di pasar malam di kota marabahan sambil mencari tambahan snack dan lainnya.

Setiap persinggahan peserta tetap di absen, supaya jangan sampai ada peserta yang tertinggal.

Jam 19.45 tepat azan Isya’ berkumandang dan setelah azan selesai , bus air kami meluncur kembali menuju Margasari dalam suasana sungai yang gelap dan hanya nampak kerlipan lampu dari rumah-rumah penduduk ditepian sungai.

Mestinya kami makan malam sesaat setelah bus air berangkat, tapi banyak yang usul agar ditunda dulu karena msih terasa kenyang akibat jajan di pasar malam kota Marabahan, dan akhirnya jadilah makam malam jam 20.45 dengan nasi putih lauk ayam masak merah.

Sebelum makan tadi, Tim kesehatan mulai beraksi dengan buka praktek mengukur tekanan darah, check perut kembung, dll . Aku juga sempat check tekanan darah, ternyata 140/90, kata dokternya “masih aman” dan masih boleh makan sate kambing ’ kalau ada ‘.

Dalam perjalanan menyusuri alur marabahan-margasari kami banyak berpapasan dengan tongkang batubara yang ditarik atau didorong oleh kapal tug-boat yang lampunya terang benderang, bahkan kami sempat singgah di sungai putting tempat batubara di langsir dari truk ke tongkang. Dan kami berangan dan berandai-andai bagaimana setealh perda larangan angkutan batubara dilarang melewati jalan nasional dan jalan propinsi pada Juli 2009 nanti, maka alur marabahan-margasari ini akan semakin padat dan ramai dengan hilir mudiknya tongkang dan tugboat, dan kamipun berangan-angan akan membangun hotel dan restoran terapung yang dapat disinggahi para pekerja batubara.,

Di bawah terangnya cahaya bulan kami menyusur alur ini dan udara yang cukup dingin akhirnya kami sampai di margasari jam 22.15. Sebuah kejutan dan tak pernah terbayang dan terkirakan bahwa kami disambut dengan meriah dan hidangan yang tersaji di atas karpet warna merah diatas lantai dermaga, peserta ekspedisi semuanya langsung menengok dari jendela bahkan ada yang naik naik keatas kapal untuk melihat lebih jelas.

Dalam suasana udara yang dingin disuguhkan the panas dan kopi panas, siapa yang tidak bahagia? Apalagi ditambah ubi goreng dan kacang rebus yang panas pula. Suasananya sangat meriah dan penuh kekeluargaan. Selidik punya selidik, ternyata salah satu peserta ekspedisi mempunyai family di kota margasari ini !!! rupanya sebelumnya sudah saling kontak bahwa rombongan ekspedisi akan singgah di Margasari.

Cukup lama juga kami singgah di Margasari ini, jam 23.16 kembali bus air bergerak menuju persinggahan terakhir yaitu Kota Nagara di Hulu Sungai Selatan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama sekitar hampir 13 jam dan perut juga sudah terisi, terlihat peserta ekspedisi mulai ada yang menguap tanda mengantuk dan akhirnya juga banyak yang tertidur, namun sebagian juga masih banyak yang bertahan tidak tidur, ada yang masih mampu bertahan duduk di atap bus air sampai-sampai juga tertidur di atas atap juga, ada yang duduk diajungan muka.

Tidak banyak yang dapat dilihat dalam perjalanan pada alur ini karena memang sudah jauh tinggi malam dan menjelang tengah malam maka aktivitas sungaipun sunyi senyap.

Jam 03.33 pagi hari Minggu tanggal 16 November 2008 kami merapat di dermaga Kota Nagara, nampak masih sunnyi senyap tanpa tanda-tanda kehidupan. Kami tetap berada dalam bus air, sampai menjelang subuh dan kehidupan sungai kota Nagara mulai terasa dengan lalu lalang kelotok denga suaranya yang cukup nyaring membangunkan orang yang masih tertidur nyenyak alam buaian mimpi indah.

Setelah matahari pagi mulai menyinarkan cahayanya , peserta mulai mengemas barang-barang bawaannya untuk siap kembali ke Martapura.

Dengan dijembut 2 buah bus perhubungan, 1 pregio, 1 L300 dan 2 buah double cabin dan truck Satpoll PP, rombongan kembali ke Martapura dengan masing-masing membawa kenangan.

Masih perlukah ada tugu di bundaran Jalan ?

bundaranhi-copy1

Bundaran, kata dasarnya bundar dengan sinonimnya bulat adalah sebuah bentuk lingkaran dalam 2 dua dimensi, yang diidentifikasi dengan ukuran jari-jari ( r atau R) dan diameter ( Ǿ ).
Bundaran adalah sebuah luasan lahan yang dapat berfungsi sebagai sebagai ruang publik pada umumnya berada di pusat kota khususnya pada sebuah pusat pemerintahan apakah tingkat kecamatan atau kabupaten/kota atau bahkan tingkat provinsi. Biasanya disekeliling bundaran besar tersebut berdiri bangunan-bangunan pemerintah , pusat peribadatan dan pusat perputaran roda ekonomi . Bundaran yang seperti ini disebut Alon –alon yang oleh pemerintah dapat digunakan untuk upacara kenegaraan atau kegiatan kenegaraan lain selain upacara, tapi yang umum memanfaatkan ruang publik ini adalah masyarakat sendiri baik sebagai tempat melepas lelah, bercengkrama dengan kawan-kawan disaat teduh atau di sore hari sampai menjelang magrib. Atau pada hari-hari libur rutin seperti hari minggu akana menjadi pusat olah raga masyarakat seperti jogging, jalan santai atau senam missal seperti senam lansia, senam kesegaran jasmani, senam tai ci, dll.
Namun masih ada sebuah bundaran lagi yang skalanya lebih kecil dan tempatnya tidak mesti dipusat kota, tepatnya adalah di perpotongan dua atau lebih jalan raya atau dalam bahasa sehari-hari adalah di perempatan jalan. Bundaran inipun dibuat dengan sebuah maksud tentunya, antara lain untuk memperlambat kecepatan kendaran bermotor sehingga arus lalu lintas menjadi lebih baik, atau sebagai wadah untuk meletakkan penunjuk arah jalan atau tujuan.
Seiring waktu dalam sebuah pemerintahan yang mempunyai periode-periode pemerintahan tentunya setiap periode akan mempunyai ciri atau peninggalan yang dapat dikenang atau diingat, dimana salah satu kenangan tersebut adalah berupa sebuah tugu.
Dibangunnya sebuah tugu tentunya pula dengan sebuah maksud tertentu pula apakah untuk tugu peringatan atau tugu pemujaan atau pula tugu kenangan, dan lain-lain.
Tapi bagaimana kalau sebuah tugu dibangun di tengah bundaran diperempatan jalan ? adakah sebuah tujuan yang esensial sehingga tugu dibangun di tempat tersebut ? jawabnya pasti ada tujuannya, mungkin sebagai hiasan mempercantik kota seperti di Kota Denpasar di simpang lima yang terkenal dengan istilah simpang siur, disana dibangun tugu patung Bima/werkudoro yang besar atau di Jakarta di jalan thamrin ada tugu Kresna bersama Arjuna naik sebuah kereta dengan 10 ekor kuda penarik yang gagah tidak mengenal takut akan panah dan pedang dalam perang baratayudha. Atau juga ingin mengenalkan tentang khas budaya lokal seperti tugu batu hapu, tugu rumah banjar, dll. Dan ini tidak hanya di Indonesia, bahkan di belahan dunia lainpun demikian juga seperti di Jeddah adalah tugu sepeda besar ( masyarakat banjar sering bercerita bahwa di Jeddah ada sepeda nabi Adam ??!! . . . )
Membangun sebuah tugu tidaklah sulit, banyak designer, banyak seniman, dan banyak kontraktor yang dapat melaksanakannya selama rencana pembangunan tersebut ada dananya.
Yang sering terlupakan dalam sebuah perencanaan adalah bagaimana setelah bangunan tersebut selesai dibangun ? bagaimana pemeliharaannya ? darimana sumber dananya ? adakah yang mampu memeliharanya atau menjaganya ?
Tidak sedikit dana yang harus disisihkan untuk memelihara sebuah tugu karena dia harus terang dengan efek pencahayaan yang memerlukan arus PLN yang semakin hari semakin mahal tapi sering byar pet . . . ada tamannya yang harus dirawat agar selalu nampak indah dan asri dan kebersihannya yang harus tetap terjaga.
Hanya ada dua pilihan bagi kita terhadap keberadaan tugu tersebut.
Pertama, dipertahankan tentunya dengan konsekwensi harus dipelihara dan terawat dan memerlukan alokasi anggaran yang cukup besar setiap tahunnya.
Kedua, dibuang saja atau digusur, ganti dengan lapangan rumput hijau dengan ditengahnya dibuat penunjuk arah, ini tentunya biaya perawatan dan pemeliharaan tidaklah begitu besar.
Itulah pilihan !

Jalan ( road )

Jalan dalam pandangan umum dan diketahui umum hanyalah jalan raya, jalan desa, jalan protocol, jalan aspal, jalan, berbabtu dan jalan tanah, itu yang lazim diketahui. Adapun pengertian tentang Jalan sebenarnya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Jalan sebetulnya dapat dibagi-bagi berdasarkan criteria system, criteria konstruksi, dan criteria status kepemilikan.

Berdasarkan system maka sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.

Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.

Sistem jaringan jalan primer

Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

  • menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
  • menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan sekunder

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil

Berdasarkan konstruksi, maka jalan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain Jalan beton, jalan aspal, jalan berbatu dan jalan tanah.

Berdasarkan status kepemilikan jalan, maka jalan dapat dibagi menjadi jalan nasional (Negara), jalan Propinsi, jalan Kabupaten, jalan desa, jalan perusahaan. Atas dasar status kepemilikan tersebut maka termuat didalamnya kewajiban untuk membina dan memeliharanya, apabila statusnya jalan Negara/nasional maka yang berkewajiban membina dan memeliharanya adalah pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan Jalan Propinsi yang berkewajiban memeliharanya adalah Pemerintah Propinsi, begitu juga kalau itu Jalan Kabupaten maka yang berkewajiban memelihara dan membinanya adalah pemerintah kabupaten dan kalau itu Jalan Desa tentunya Pemerintahan Desa yang bertanggung jawab. Kalau itu jalan perusahaan, pastilah perusahaan yang bertanggung jawab.

Di Kabupaten Banjar semua jenis jalan melintas di dalam wilayahnya, dengan rincian sebagai berikut :

Jalan Nasional ( Jalan A. yani dari KM 6.00 Bjm sampai perbatasan dengan Tapin di Binuang)

Jalan Proponsi ada beberapa ruas:

( Jalan Martapura Lama dari Sei Lulut sampai dengan muka Darussalam)

(Jalan Gambut ke Sungai Tabuk)

(Jalan Gambut ke Pulosari)

(Jalan simpang Empat Banjarbaru ke Aranio)

Jalan Kabupaten, adalah jalan-jalan selain jalan nasional,jalan propinsi dan jalan perusahaan dengan total panjang 743,03 km pada saat ini tahun 2008 dan kondisinya beragam yang beraspal sepanjang 443,09 km, berbatu/kerikil sepanjang 97,10 km, dan yang masih tanah sepanjang 202,84 km.

Jalan Desa, panjangnya 1.132,14 km yang tersebar diseluruh kecamatan kondisinya juga berbeda-beda, ada yang sudah beraspal sepanjang 113,21 km, yang berbatu/kerikil sepanjang 226,43 km dan yang masih tanah 792,50 km.

Dengan standar biaya pemeliharaan rutin Rp. 15 juta/km, dan pemeliharaan berkala Rp. 375 jt/km dan biaya peningkatan jalan sebesar Rp.500 jt/km, dan membuat jalan baru Rp.750 jt/km , kita coba hitung-hitung secara sederhana berapa sebenarnya biaya yang diperlukan untuk menjadikan jalan kabupaten di Kabupaten Banjar ini enak dan mulus dijalani adalah sebagai berikut :

Beraspal 443,09 km : 221,00 km x Rp.15 jt = Rp. 3,315 M ……………………..………222,09 km x Rp. 375 jt = Rp. 83,284 M

Berbatu /kerikil…….. 97,10 km x Rp.500 jt = Rp.48,550 M

Tanah ………………792,50 km x Rp.750 jt = Rp. 594,375 M

Jadi total yang harus disediakan pada tahun 2009 yang akan datang adalah Rp.792,524 M

Untuk mempertahankan agar jalan kabupaten tersebut selama 3 tahun kedepan tetap mulus dan enak maka tiap tahunnya diperlukan biaya sebagai berikut :

2010 743,03 km x Rp. 15 jt = Rp. 11,145 M

2011 743,03 km x Rp. 15 jt = Rp. 11,145 M

2012 743,03 km x Ro. 15 jt = Rp. 11,145 M

Setelah 3 tahun dipelihara rutin maka tahun ke 4 harus pemeliharaan berkala,

2013 743,03 km x Rp. 375 jt = Rp.278,636 M

Kemudian dipelihara lagi secara rutin selama 3 tahun kembali(2014,2015,2016), tahun ke 4 (2017) dipelihara lagi secara berkala. 3 tahun lagi (2018,2019,2020) secara rutin lagi, tahun ke 4 lagi (2021) dipelihara secara berkala lagi. Berikut 3 tahun lagi secara pemeliharaan rutin (2022,2023,2024) dan pada tahun 2025 baru masuk tahap peningkatan jalan dengan biaya yang lumayan besar yaitu 743,03 km x Rp. 500 jt = Rp. 371,515 M.

Tapi apa mau dikata APBD KAbupaten Banjar saat ini masih sekitar Rp. 615 M saja, 2009 nantipun masih belum menggembirakan dengan kondisi ekonomi Negara kita yang masih terpuruk ini. Sedang kita mahfum bahwa dari total APBD separonya untuk biaya gaji PNS dan DPRD dan operasionalnya, 50 % sisanya baru untuk belanja modal atau belanja pembangunan (mengambil istilah lama yang nampaknya masih cocok dan relevan).

Tapi hal ini pula adalah sebuah pilihan, tahun pertama mahal yaitu Rp. 792,524 M, tapi tahun tahun berikutnya murah hanya Rp.11,145 M.

Silahkan pilih, sebab dengan jalan mulus enak maka arus barang, arus ekonomi, arus manusia semuanya lancar. Orang berusaha juga lancar dan ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat kita yanag sedang terpuruk, lihat sejarah dunia, yang dibangun pertama kali oleh pemerintah adalah sarana transportasi jalan, kereta api, trem dll. Untuk pembangunan lainnya serahkan kepada masyarakat, pemerintah tinggal mengatur dan memfasilitasi saja.

Syukur-syukur ada lebihnya anggaran setelah dipotong untuk transportasi dipergunakan untuk pembangunan sector-sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan, serta pertanian secara umum.

Mari kita pilih, karena ini adalah alternative pilihan.